• RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by The Story From Myself - - 1 Reaction

20 tahun yang lalu saya melahirkan  seorang bayi laki-laki, wajahnya comel
tetapi nampak bodoh. Ali, suamiku  memberinya nama Yusri. Semakin lama semakin
nampak jelas bahawa anak  ini sedikit terkebelakang. Saya berniat mahu
memberikannya kepada orang  lain sahaja supaya dijadikan budak atau pelayan bila
besar nanti. Namun  Ali mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya  juga.Pada tahun kedua kelahiran Yusri, saya pun melahirkan pula
seorang  anak perempuan yang cantik. Saya menamakannya Yasmin. Saya sangat  
menyayangi Yasmin, begitu juga Ali. Seringkali kami mengajaknya pergi ke  taman
hiburan dan membelikan pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun  tidak demikian
halnya dengan Yusri. Ia hanya memiliki beberapa helai  pakaian lama. Ali berniat
membelikannya, namun saya selalu melarang  dengan alasan tiada wang. Ali
terpaksa menuruti kata saya.  

Saat usia Yasmin 2 tahun, Ali  meninggal dunia. Yusri sudah berumur 4 tahun
ketika itu. Keluarga kami  menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin
bertambah. Saya  mengambil satu tindakan yang akhirnya membuatkan saya menyesal
seumur  hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya bersama Yasmin.  
Saya tinggalkan Yusri yang sedang tertidur lelap begitu saja.

Setahun.., 2 tahun.., 5 tahun.., 10  tahun.. berlalu sejak kejadian itu. Saya
menikah kembali dengan Kamal,  seorang bujang. Usia pernikahan kami menginjak
tahun kelima. Berkat  Kamal, sifat-sifat buruk saya seperti pemarah, egois dan
tinggi hati,  berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Yasmin  sudah berumur 15 tahun dan kami menyekolahkan dia di sekolah jururawat.  
Saya tidak lagi ingat berkenaan Yusri dan tiada memori yang mengaitkan  saya
kepadanya. Hinggalah ke satu malam, malam di mana saya bermimpi  mengenai
seorang anak. Wajahnya segak namun kelihatan pucat sekali. Dia  melihat ke arah
saya. Sambil tersenyum dia berkata;

"Makcik, makcik kenal mama saya? Saya rindu sekali pada mama!"  
Sesudah berkata demikian dia mulai pergi, namun saya menahannya.
"Tunggu..., saya rasa saya kenal kamu. Siapa namamu wahai anak yang manis?"  
"Nama saya Yusri, makcik."  
"Yusri...? Yusri... Ya Tuhan! Benarkah engkau ni Yusri???"  
Saya terus tersentak dan terbangun.  Rasa bersalah, sesal dan pelbagai perasaan
aneh yang lain menerpa diri  saya pada masa itu juga. Tiba-tiba terlintas
kembali kisah yang terjadi  dulu seperti sebuah filem yang ditayangkan kembali
di kepala saya. Baru  sekarang saya menyedari betapa jahatnya perbuatan saya
dulu. Rasanya  seperti mahu mati saja saat itu.  

Ya, saya patut mati..., mati..., mati...!
Ketika tinggal seinci jarak pisau  yang ingin saya goreskan ke pergelangan
tangan, tiba-tiba bayangan Yusri  melintas kembali di fikiran saya.  

Ya Yusri, mama akan menjemputmu Yusri, tunggu ya sayang !
Petang itu saya membawa dan  memarkir kereta Civic biru saya di samping sebuah
pondok, dan ia  membuatkan Kamal berasa hairan. Beliau menatap wajah saya dan
bertanya;

"Hasnah, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kita berada di sini?"  
"Oh abang, abang pasti akan membenci saya selepas saya menceritakan hal yang
saya lakukan dulu."  

Aku terus menceritakan segalanya  sambil teresak-esak. Ternyata Tuhan sungguh
baik kepada saya. Ia  memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian.
Selepas tangisan  saya reda, saya keluar dari kereta dengan diikuti oleh Kamal
dari  belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua  meter di
hadapan saya. Saya mula teringat yang saya pernah tinggal dalam  pondok itu dan
saya tinggalkannya.

Yusri.. Yusri... Di manakah engkau, nak?  
Saya meninggalkan Yusri di sana 10  tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya
berlari menghampiri pondok  tersebut dan membuka pintu yang diperbuat daripada
buluh itu.  

Gelap sekali.
Tidak terlihat sesuatu apapun di dalamnya!  
Perlahan-lahan mata saya mulai  terbiasa dengan kegelapan di dalam ruangan kecil
itu. Namun saya tidak  menemui sesiapapun di dalamnya. Hanya ada sehelai kain
buruk yang  berlonggok di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya
dengan  betul-betul. Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain itu.  
Ini adalah baju buruk yang dulu dipakai oleh Yusri setiap hari.  

Beberapa saat kemudian, dengan  perasaan yang sangat sedih dan bersalah, sayapun
keluar dari ruangan  itu. Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya
hanya diam saja.  Sesaat kemudian saya dan Kamal mulai menaiki kereta untuk
meninggalkan  tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang berdiri di belakang  
kereta kami. Saya terkejut sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian  
terlihatlah wajah orang itu yang sangat kotor. Ternyata ia seorang  wanita tua.
Saya terkejut lagi apabila dengan tiba-tiba dia menegur  saya. Suaranya parau.

"Heii...! Siapa kamu?! Apa yang kamu mahu?!"  
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya;
"Ibu, apakah ibu kenal dengan seorang anak bernama Yusri yang dulunya tinggal di
sini?"  

Dia menjawab;
"Kalau  kamu ibunya, kamu adalah perempuan terkutuk!! Tahukah kamu, 10 tahun  
yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Yusri terus menunggu  ibunya dan
memanggil;  

'Mama, mama!'  
"Kerana  tidak tahan melihat keadaannya, kadang-kadang saya memberinya makan dan  
mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya  bekerja
sebagai pemungut sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak  saya seperti
itu!"

"Tiga  bulan yang lalu Yusri meninggalkan sehelai kertas ini. Ia belajar  
menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini  untukmu..."  

Saya pun membaca tulisan di kertas itu...  
"Mama, mengapa mama  tidak pernah kembali lagi...? Mama marah pada Yusri, ya?
Mama, biarlah  Yusri yang pergi saja, tapi mama harus berjanji mama tidak akan
marah  lagi pada Yusri."  

Saya menjerit histeria membaca surat itu.  
"Tolong  bagi tahu.. di mana dia sekarang? Saya berjanji akan menyayanginya  
sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi! Tolonglah cakap...!!!"  

Kamal memeluk tubuh saya yang terketar-ketar dan lemah.  
"Semua  sudah terlambat. Sehari sebelum kamu datang, Yusri sudah meninggal  
dunia. Dia meninggal di belakang pondok ini. Tubuhnya sangat kurus, ia  sangat
lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang pondok  ini tanpa
berani masuk ke dalamnya. Dia takut apabila mamanya datang,  mamanya akan pergi
lagi apabila melihatnya ada di dalam sana. Dia hanya  berharap dapat melihat
mamanya dari belakang pondok ini. Meskipun hujan  deras, dengan keadaannya yang
lemah ia terus berkeras menunggu kamu di  sana . Dosa kamu tidak akan terampun!"  

Ya Allah! Ampunkanlah dosaku! Yusri, ampunkan mama nak!
________________________________
  Semoga menjadi pelajaran bagi kita  semua. Janganlah menyalahkan apa yang
sudah diberikan oleh Allah. Tetapi  hargailah apa yang diberikan oleh Allah. Dan
cuba bersabar. Kerana DIA  tidak akan memberikan sesuatu apapun dengan sia-sia.

One Response so far.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...